Bukit Algoritma, Silicon Valley-nya RI. Yakin?

Pertama kali gue mengenal Silicon Valley melalui pengalaman seorang visioner: Steve Case. Ia merupakan seorang pioner internet yg mendirikan America Online (AOL) - media sosial terbaik pada awal perkembangan internet. Melalui bukunya "The Third Wave" gue mengetahui bahwa Silicon Valley yang berada di California dibentuk dari budaya semangat startup yang membara sampai kemudian lahirlah perusahaan-perusahaan raksasa dunia. Sampai hari ini Silicon Valley tetap jadi primadona startup (specially tech) dan jadi acuan sukses berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia yg tertarik utk mengadopsi konsep serupa.


Sebenarnya Silicon Valley adalah tentang budaya, tentang orang-orang yg tinggal dan berinteraksi di dalamnya. Pola pikir masyarakat modern dinamis terbentuk dan mendarah daging di sana. Alih-alih membentuk organization culture/ mindset pebisnis serupa, Indonesia justru membuat Silicon Valley-nya sendiri bernama "bukit algoritma". Hem kayanya konsep ini akan sulit dan berbeda deh. Karena perlu diingat lagi, Silicon Valley bukanlah soal tempat, tapi tentang orang-orang dengan mindset hebat di dalamnya.

Well, Kalo hanya menyediakan tempat tanpa ada tujuan membangun iklim kultur berorganisasi yg mapan dan regulasi yg mendukung, nampaknya akan jauh dari harapan deh, ya?

Anyway, tau gak sekrang 
Silicon Valley sudah mulai ditinggalin beberapa perusahaan besar? HP dan Tesla misalnya. 

Kenapa tuch? sopasti regulasinya cuy. Pajak tinggi ey.

Indonesia dengan Bukit Algoritma? Ku sangat apresiasi niat baik pemerintah. Tapi apa jangan-jangan project ini hanya akan jadi 'kantor yang pindah' aja?, atau apakah ini soft selling marketing strategy tanah seperti di Bandung dulu? Hem agak pesimis untuk berhasil mencontoh 
Silicon Valley.
-AM
Powered by Blogger.

Pages